Kecintaan yang mendalam terhadap seni dan budaya Indonesia menginspirasi Melania Karolina untuk menjadi seorang sociopreneur dengan misi melestarikan Lulu Amah, sebuah kerajinan tradisional dari Sumba, Nusa Tenggara Timur, yang dibuat dengan teknik tenun yang rumit dengan bahan stainless steel, kuningan, atau tembaga. Melania pertama kali menemukan Lulu Amah secara tidak sengaja saat berlibur ke Sumba, ketika ia menemukan seorang wanita tua yang sedang membuat sepasang anting-anting dengan teknik tenun yang sangat rumit. Ketika dia menggali lebih dalam tentang asal-usul dan cerita di balik kerajinan tersebut, Melania mengetahui bahwa Lulu Amah terancam punah. Banyak generasi muda Sumba yang meninggalkan pulau itu untuk mencari pekerjaan yang lebih stabil. Pada tahun 2019, Melania mendirikan MANAMU Handwoven, sebuah merek gaya hidup warisan budaya yang memadukan desain kontemporer dengan teknik tenun tradisional Lulu Amah. Setiap produknya dibuat dengan tangan oleh para pengrajin muda dari Sumba. Memasuki industri kreatif adalah perjalanan yang benar-benar baru bagi Melania, yang telah menghabiskan sepuluh tahun sebelumnya bekerja untuk perusahaan multinasional di sektor energi. Itulah sebabnya, pada tahun 2023, ia sangat bersemangat untuk bergabung dengan Kursus Singkat Australia Awards tentang Meningkatkan Integrasi Pasar dengan Australia untuk Pemimpin Bisnis UMKM di Industri Kreatif dan Budaya, yang diselenggarakan oleh Monash University. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Melania adalah presentasi budaya dan seni oleh seniman First Nations. "Presentasi tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga melibatkan semua panca indera, memungkinkan kami untuk sepenuhnya membenamkan diri dalam presentasi tersebut. Dan penceritaannya benar-benar fenomenal," katanya. Pentingnya Mendongeng Ketika mendirikan MANAMU dengan misi untuk melestarikan Lulu Amah, Melania menyadari bahwa mendongeng dan edukasi sangat penting untuk menjalin hubungan emosional dengan para pelanggannya. "Selama program ini, saya melihat bagaimana seniman First Nations di Melbourne Museum menyajikan cerita budaya dengan cara yang menghubungkan berbagai tradisi dengan lancar," ujar Melania. Setelah Kursus Singkat berakhir, Melania menyelami lebih dalam tentang asal-usul Lulu Amah. Perjalanan ini akhirnya membawanya untuk mengeksplorasi Mamuli, kerajinan tradisional Sumba lainnya yang, bersama dengan Lulu Amah, menjadi bagian dari persembahan pengantin adat di Sumba. Kursus singkat ini juga menjadi inspirasi di balik inisiatif baru Melania: Pusat Cerita MANAMU. Pusat ini tidak hanya menampilkan Lulu Amah, tetapi juga tenun ikat khas Sumba. "Salah satu hal yang menginspirasi saya adalah ketika melihat bagaimana informasi tentang budaya Aborigin ditampilkan dalam bentuk peta di sebuah tempat di Australia. Hal tersebut memicu ide untuk melakukan hal serupa di MANAMU, karena ternyata banyak orang yang tidak menyadari betapa dekatnya Sumba dengan Bali," jelas Melania. Menelusuri Bisnis Khusus Selama transisi karirnya dari profesional korporat menjadi sociopreneur, Melania mengakui bahwa pengalamannya belajar Master of Business Administration and Management di University of the Sunshine Coast memainkan peran kunci dalam membantunya beradaptasi lebih cepat. Setelah enam tahun memimpin MANAMU, Melania menyadari bahwa target audiensnya adalah pasar khusus, dengan sebagian besar pelanggannya menemukan merek ini dari mulut ke mulut. Memahami pentingnya jaringan dalam mengembangkan MANAMU, Melania terus menjaga hubungan yang kuat dengan orang-orang yang ia temui selama Kursus Singkat. "Adalah Dr Xin Gu, Course Leader dari Kursus Singkat, yang memberi tahu saya tentang KTT Dunia ke-10 tentang Seni dan Budaya di Seoul. Saya akan memperkenalkan Lulu Amah kepada khalayak global," kata Melania. "Melalui Kursus Singkat ini, saya juga berkesempatan untuk bertemu dengan Dr Kevin Murray, Editor Majalah Garland. Hal ini akhirnya membuat MANAMU Handwoven ditampilkan di Garland, dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Paul v Walters," tambahnya.
10 Oktober 2025
Melania Karolina: Learning from First Nation practises to preserve Sumba’s Traditional Crafts
Bagikan artikel ini di:
Artikel Terkait
Kembali ke atas