Australia Awards in Indonesia

Australia Awards adalah beasiswa dan studi singkat bergengsi yang bersifat transformatif, diberikan kepada para pemimpin masa depan untuk menempuh studi, penelitian, dan pengembangan profesional di Australia

10 Oktober 2025

Febriarti Khairunnisa: Tackling Waste Challenges and Driving Circular Economy Growth in NTB

Krisis sampah yang melanda beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong Febriarti Khairunnisa untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai guru bahasa Inggris dan mendirikan 'Bintang Sejahtera' pada tahun 2010, sebuah perusahaan sosial yang dibangun dengan model bisnis bank sampah. Seiring dengan perkembangan Bintang Sejahtera, Febri mengikuti Kursus Singkat Australia Awards tentang Mengatasi Masalah Pencemaran Laut Melalui Daur Ulang, yang diselenggarakan oleh Griffith University pada tahun 2019. Kesempatan ini juga membuat Febri berhasil mendapatkan hibah hibah Alumni (AGS) pada tahun 2020. Proyeknya, 'Sampahku Sumberdayaku', berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab melalui inisiatif pemasaran sosial di lima desa di Lombok Barat. "Berpartisipasi dalam Kursus Singkat ini juga membuka mata saya tentang betapa kompleksnya masalah sampah. Ada begitu banyak faktor mikro dan makro yang terlibat, mulai dari kesadaran masyarakat, infrastruktur, hingga regulasi pemerintah," ujar Febri. Febri kemudian mendaftar untuk mendapatkan beasiswa Australia Awards Scholarship dan lulus dari program Master of Environment and Sustainability di Monash University pada tahun 2023. Pasar yang Didesain Hanya untuk Pemulihan Sumber Daya Dua tahun setelah menyelesaikan gelar Masternya di Monash University, Febriarti Khairunnisa kembali ke Australia pada tahun 2025 untuk mengejar gelar PhD di School of Business Law and Entrepreneurship, Swinburne University of Technology. Keputusan untuk melanjutkan ke jenjang PhD sebenarnya sudah diambil ketika ia masih menempuh studi S2 di Monash. Selama berada di Melbourne, Febri dan suaminya secara aktif membangun koneksi dengan para akademisi dari beberapa universitas di Australia dan mengambil bagian dalam berbagai kegiatan komunitas. "Pada semester ketiga saya di Monash, kami berdiskusi dengan beberapa akademisi diaspora Indonesia yang mengajar di Swinburne University of Technology, RMIT University, dan University of Melbourne. Dari pertemuan-pertemuan tersebut, saya mendapat tawaran untuk mempertimbangkan studi doktoral, dan akhirnya saya diperkenalkan dengan Dr Chamindika Weerakoon, yang sekarang menjadi supervisor saya," jelas Febri. "Kami mengidentifikasi adanya kesenjangan dalam hal kurangnya intervensi teknologi dan instrumen berbasis pasar untuk mendukung ekonomi sirkular di Indonesia. Dari situ, muncul ide untuk mengembangkan platform pasar online yang berfokus pada pemulihan sumber daya," tambahnya. Ide dan proposal penelitiannya diterima dengan baik, dan Febri dianugerahi beasiswa PhD dari Swinburne University of Technology. Platform yang ia kembangkan saat ini bertujuan untuk menghubungkan semua pelaku di seluruh rantai pasokan pengelolaan dan pengolahan sampah, sehingga memungkinkan terjadinya transaksi untuk sampah organik dan non-organik. Pada akhir tahun 2024, Febri telah memfasilitasi pertemuan antara dosen pembimbingnya dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mendiskusikan rencana uji coba platform tersebut. Pemerintah provinsi menyatakan dukungan yang kuat, menawarkan akses ke data, calon pengguna aplikasi, dan bantuan untuk proses uji coba. Ketahanan Belajar dan Mengapa GEDSI Penting Sejak didirikan pada tahun 2010, Bintang Sejahtera telah menciptakan lapangan kerja bagi 550 orang dan mendaur ulang lebih dari 1.288 ton sampah pada tahun 2025. Febri terus aktif memanfaatkan jaringan yang ia bangun selama masa studinya di Australia. Baru-baru ini, ia berpartisipasi dalam program Indo-Pacific Plastic Innovation Network (IPPIN) yang diselenggarakan oleh CSIRO pada bulan Mei-Juni 2025. Melalui IPPIN, Febri mendaftarkan Bintang Sejahtera ke dalam program inkubator. "Kami menerima bantuan teknis untuk mengembangkan dan menyempurnakan model bisnis layanan penanganan sampah kami yang baru," jelasnya. "Saya melihat diri saya sebagai pembelajar seumur hidup. Dorongan untuk terus belajar dan beradaptasi sangat penting karena kehidupan selalu berubah. Khususnya di sektor pengelolaan sampah, tantangannya sangat kompleks, penuh dengan ketidakpastian, dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia. Tujuan saya adalah untuk terus mengembangkan Bintang Sejahtera menjadi perusahaan sosial yang berkelanjutan dan menciptakan manfaat jangka panjang bagi masyarakat," tutup Febri.

Bagikan artikel ini di:

Artikel Terkait


Kembali ke atas