Australia Awards in Indonesia

Australia Awards adalah beasiswa dan studi singkat bergengsi yang bersifat transformatif, diberikan kepada para pemimpin masa depan untuk menempuh studi, penelitian, dan pengembangan profesional di Australia

21 Oktober 2025

Richard Kennedy: Sharing Global South Perspectives on Disability

Dukungan dari Allison Sudradjat Prize telah membuka banyak pintu bagi advokat dan peneliti disabilitas, Richard Kennedy, membantunya untuk berbagi pengalaman disabilitas dari Indonesia yang mungkin belum pernah didengar. Allison Sudradjat Prize ditawarkan kepada para penerima Australia Awards Masters dari Indonesia untuk mendukung pengembangan diri dan kesempatan berjejaring. Program ini menawarkan dana hibah untuk kegiatan seperti pelatihan, lokakarya dan seminar, kursus, peningkatan kapasitas, serta penelitian dan pengembangan dan inovasi.

Pada tahun 2023, Richard Kennedy, yang menyandang tunanetra, memulai studinya untuk program Master in Disability Practice Leadrership di Flinders University setelah menerima Beasiswa Australia Awards. Ia mengajukan permohonan untuk Allison Sudradjat Prize pada tahun 2024 untuk memfasilitasi kesempatan baginya untuk menghadiri dua konferensi, meningkatkan upaya advokasi dan penelitiannya.

"Skema ini sangat membantu karena tidak hanya mendanai penelitian, tetapi juga membuka peluang seperti menghadiri konferensi, pelatihan, lokakarya, atau kegiatan lainnya."

Tujuannya menggunakan Allison Sudradjat Prize adalah untuk mengartikulasikan sudut pandang Global South mengenai disabilitas sekaligus meningkatkan profil profesionalnya dan memperluas jaringannya. Sebagai seorang aktivis dan peneliti tunanetra, Richard telah menemukan perbedaan yang signifikan antara budaya Barat dan Selatan yang mempengaruhi penyandang disabilitas.

"Dari penelitian di Barat, penyandang disabilitas selalu digambarkan sebagai orang yang mandiri dan mandiri," jelasnya. "Saya setuju, tapi bagaimana hal ini berhubungan dengan budaya di Global South, di mana hubungan keluarga dan kekerabatan cukup berpengaruh? Jadi, menurut saya, daripada mandiri, lebih tepat jika dikatakan 'saling bergantung'."

Menyuarakan suara Global South

Richard siap mempresentasikan konsep ini di Leeds Disability Studies Conference. Karena tidak ada cukup waktu untuk mengurus visa Inggris, ia bergabung secara online, menampilkan temuan dari penelitian tesisnya "Narasi tentang Sistem Pengampuan di Indonesia: Mengakui Suara Penyandang Disabilitas Psikososial."

Konferensi tahunan di Leeds ini terkenal karena mengkaji kompleksitas seputar isu disabilitas dan menarik beragam profesional yang bergerak di bidang disabilitas.

Membangun Koneksi di Asia Tenggara

Selanjutnya, Richard mengetahui tentang Konferensi Partisipasi dan Inklusi dalam Aksi di Singapura. Ia memutuskan untuk menghadiri kuliah umum, di mana ia berkesempatan untuk menyampaikan pandangannya dalam sesi tanya jawab. "Mungkin hanya lima menit pada saat itu. Tapi saya gunakan semaksimal mungkin untuk menyampaikan pendapat dan mengajukan pertanyaan," katanya.

Richard mengatakan bahwa ia bersyukur atas kesempatan yang diberikan untuk menghadiri konferensi tersebut karena hal itu memungkinkannya untuk mengasah kemampuannya dalam berbicara mengenai isu-isu penyandang disabilitas di hadapan banyak orang. Ia merasa pengalaman ini akan semakin memperlengkapi perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas. Pengakuan untuk Kepemimpinan Akademik dan Komunitas Inisiatif-inisiatif ini merupakan tambahan dari prestasi akademik Richard yang luar biasa dan kontribusinya terhadap kehidupan mahasiswa di Adelaide. Ia menerima Surat Penghargaan Rektor untuk Keunggulan Akademik dari Rektor Flinders University karena mencapai Indeks Prestasi Kumulatif yang tinggi.

Pada ajang StudyAdelaide Awards baru-baru ini, Richard juga memenangkan empat penghargaan. Ia dinobatkan sebagai Mahasiswa Internasional Terbaik Tahun 2024, memenangkan Academic Excellence Award (Pasca Sarjana), Peer Support Award, dan Community Engagement Award. Richard diakui sebagai advokat yang tak kenal lelah untuk mahasiswa penyandang disabilitas, dan atas aktivitasnya untuk terhubung dengan masyarakat, termasuk melalui pembelajaran bahasa Indonesia.

"Apa yang saya pelajari dari Australia adalah bahwa meskipun infrastruktur untuk penyandang disabilitas sudah mapan, upaya advokasi tidak pernah berhenti. Kebutuhan masyarakat bergerak seiring waktu dan terus berkembang," kata Richard.

Bagikan artikel ini di:

Artikel Terkait


Kembali ke atas